Jumat, 26 Oktober 2012

Wanita Memang Susah Dibuat Bahagia

Jika dikatakan cantik dikira menggoda, jika dibilang jelek disangka menghina.
Bila dibilang lemah dia protes, bila dibilang perkasa dia nangis.
Maunya emansipasi, tapi disuruh benerin genteng nolak (sambil ngomel, "Masak disamakan dengan cowok?!").
Maunya emansipasi, tapi disuruh berdiri di bus malah cemberut  (sambil ngomel, "Egois amat sih cowok ini... tidak punya perasaan...")
Jika ditanyakan siapa yang paling dibanggakan, kebanyakan bilang "ibunya", tapi kenapa ya lebih bangga jadi wanita karir...  padahal ibunya adalah "ibu rumah tangga".
Bila kesalahannya diingatkan mukanya merah; bila diajari mukanya merah; bila disanjung mukanya merah; jika marah mukanya merah... Kok sama semua? Bingung!
Ditanya ya atau tidak, jawabnya diam; ditanya tidak atau ya, jawabnya diam; ditanya ya atau ya, jawabnya diam; ditanya tidak atau tidak, jawabnya diam; ketika didiamkan malah marah... (repot, kita disuruh jadi dukun yang bisa nebak jawabannya).
Dibilang ceriwis marah; dibilang berisik ngambek; dibilang banyak mulut tersinggung; tapi kalo dibilang supel, wadow seneng banget... padahal sama saja maksudnya.
Dibilang gemuk nggak senang, padahal maksud kita sehat gitu lho... Dibilang kurus malah senang, padahal maksud kita, "Kenapa elo jadi begini?".

Itulah wanita. Makin kita bingung, makin senang dia...


(Tulisan ini diambil dari humor buku renungan "Manna Sorgawi" edisi Januari 2007)

Puisi 1

Ini adalah puisi yang aku buat waktu SMA. Waktu itu, aku punya seorang temen baik. Setelah punya pacar, dia jadi sering ngurusi pacarnya, sehingga aku jadi agak kesepian. Suatu hari, aku lagi nganggur dan kesepian di rumah, kemudian nulis puisi ini..


Cinta, cinta
Kau buat orang bahagia,
kau buat pula orang berduka
Kau buat orang tertawa,
kau buat pula orang terluka
Kau buat orang berbunga,
kau buat pula orang kecewa
Kau buat orang berupaya,
kau buat pula orang putus asa

Cinta, cinta
Kau mabukkan jutaan insan
hingga lupa pada kawan
Perhatiannya kaualihkan
hingga aku merasa bosan
Berapa lagi akan kaumakan
hingga ku rasa tak berperan
Tidakkah engkau kasihan
melihat aku sendirian?

Cinta, cinta
Kutahu kau akan datang
hampiri diriku yang malang
Kau akan membawa tenang
hingga hatiku tak lagi berang
Sabar 'kan coba kugalang
kar'na derita akan menghilang
Bilamana sang cinta datang
'kan kusambut dirimu, Sayang!


Senin, 22 Oktober 2012

Tugas Pidato

Ini adalah pengalamanku waktu kelas 3 SMA. Suatu hari (aku lupa hari apa), guru Bahasa Indonesia ngasi pengumuman bahwa hari Sabtu depan, beliau ngadain tes pidato. Aku lupa kenapa, aku gak ngerjain tugas itu (bikin teks pidato, dsb.) sampai hari Jumat malem. Malem Sabtu, aku baru mikir mau pidato apa. Aku berpikir dan berpikir dan berpikir, tapi gak dapet ide mau pidato apa. Akhirnya, aku memutuskan untuk tidur.. Aku memohon kepada Tuhan supaya aku besok bisa dapet ide pidato.

Besok paginya, mulai bangun tidur, mandi, ganti baju, sampai sarapan, aku terus berpikir mau pidato apa, tapi masih gak nemu ide. Terus, seperti biasa, aku berangkat ke sekolah naik angkot. Waktu di angkot, tiba-tiba aku berpikir, "Kenapa aku gak pidato tentang nasionalisme aja?", karena saat itu, nasionalisme merupakan masalah yang bener-bener aku perhatikan dan aku orang yang sangat nasionalis. Aku pikir, pidato ini akan lebih mudah karena isi pidatoku bener-bener dari hati.

Aku jadi bersemangat buat memikirkan isi pidatoku. Sepanjang perjalanan ke sekolah, aku berpikir mau ngomong apa aja di pidato nanti. Aku bikin poin-poinnya di pikiranku dan aku inget-inget terus, karena nggak bisa nulis di angkot. Sesampainya di kelas, aku langsung buka binderku dan bikin catetan. Waktu itu pukul 06.30, sedangkan jam pelajaran mulai pukul 06.45, jadi aku hanya punya waktu 15 menit buat bikin catetan dan menghafalkannya. Yang membedakan catetanku dan catetan pidato temen-temen waktu itu, isi catetanku cuma poin-poin, sedangkan punya temen-temen berupa teks pidato. Catatan yang berupa poin-poin membuatku mudah untuk menghafalkannya.

Tibalah saatnya pelajaran Bahasa Indonesia. Bu Guru membuka kesempatan buat satu orang untuk maju duluan tanpa ditunjuk dan orang itu akan mendapatkan nilai tambahan. Beberapa orang angkat tangan, termasuk aku (saking semangatnya), tapi sayang, beliau tidak menunjukku. Hanya selang sedikit orang kemudian, tibalah giliranku. Aku berpidato dengan gembira dan bersemangat, bahkan sampai bisa membuat teman-temanku tertawa. Aku berhasil menyampaikan semua yang ingin aku sampaikan. Pidatoku hidup karena berasal dari hati dan aku sangat puas pada penampilanku.

Dari yang awalnya nggak tau mau pidato apa (bahkan sampai kurang dari dua jam sebelum pelajaran masih bingung) sampai akhirnya bisa pidato dengan memuaskan. Bagiku, itu adalah salah satu peristiwa luar biasa, salah satu penyertaan Tuhan yang luar biasa. Oleh sebab itu, aku terus mengingatnya sampai sekarang.

Jadi teman-teman, berdoalah ketika kamu mengalami kesulitan. Kalau kamu dapat tugas pidato, carilah topik yang bener-bener kamu sukai, bisa dari kerinduan hatimu, hobimu, dan sebagainya. Niscaya kamu akan lebih mudah dan enjoy dalam berpidato..

Sabtu, 20 Oktober 2012

Kenapa Orang Beristri Cantik Bisa Selingkuh



Kenapa orang beristri cantik bisa selingkuh? Aku memikirkan hal ini sewaktu SMA. Ada banyak kejadian dimana orang berselingkuh padahal dia punya istri yang cantik. Saat itu, setiap kali mendengar kabar seperti itu, ibuku selalu berkata "Wong istrinya cantik kok selingkuh..". Kata-kata ibuku itu membuatku berpikir, "Kenapa orang beristri cantik bisa selingkuh?". Aku terus berpikir dan mencoba mengamati hal-hal yang terjadi dalam diriku untuk menemukan jawabannya. Dan inilah yang kutemukan..

Di sekolahku saat itu, ada seorang siswa yang berwajah cantik. Dia seangkatan denganku. Sewaktu kelas 1 dan 2, aku tidak mengenalnya. Saat kelas 2, dia sering berjalan melewati ruang kelasku karena jalan di depan kelasku merupakan salah satu jalan utama di sekolah. Setiap kali melihatnya, aku selalu terpesona oleh kecantikannya.

Saat kelas 3, ternyata dia sekelas denganku. Dia duduk di deret belakangku. Karena sekelas dan duduk berdekatan itulah akhirnya aku mengenalnya. Dia menjadi teman baikku di kelas dan kami sering sekali bercanda. Setelah sekian waktu berlalu, aku menyadari bahwa aku tidak lagi mengagumi kecantikannya. Aku berpikir, mungkin karena sudah sekian lama hidup bersama di kelas, aku jadi terbiasa dengannya, dan wajahnya pun tidak lagi membuatku terpesona. Wajahnya tetap cantik, namun aku tidak lagi terpesona.

Kalau aku yang hanya bertemu dengannya di sekolah saja bisa kehilangan ketertarikan, apalagi suami yang hidup serumah dengan istri selama bertahun-tahun. Hidup bersama istri dalam waktu yang begitu lama membuatnya sudah amat sangat terbiasa dengan wajah istrinya sehingga kecantikan istrinya tidak lagi membuat dirinya terpesona. Itulah sebabnya orang yang mempunyai istri cantik tetap bisa berselingkuh.

Itulah jawaban yang kutemukan. Mungkin itu bukan satu-satunya faktor, tapi itulah salah satunya..