Aku mengunjungi toko dimana sebelumnya aku membeli sesuatu
untuk memecah uang. Aku tertarik pada gantungan kunci yang bergambar hewan-hewan
shio. Akhirnya, aku membeli yang bergambar babi karena aku suka makan babi.
Harganya Rp 5.000.
Ketika berjalan menuju terminal, aku melihat di beberapa
kios dan toko ada kantong berwarna merah dan kuning, bertulisan “Tempat Kembang
dari Pesarehan Gunung Kawi”. Aku tidak mengerti maksud dari tulisan itu. “Bunga
apa yang disimpan? Masak bunga yang dijual buat nyekar itu disimpan?” Akan
tetapi, karena ada tulisan “Gunung Kawi”, aku tertarik dan membelinya. Harganya
Rp 2.000.
Dalam perjalanan pulang, aku baru sadar bahwa mungkin kantong
itu digunakan untuk menyimpan bungkusan-bungkusan yang diberikan oleh juru
kunci di makam. Aku berpikir demikian karena aku beberapa kali melihat benda
semacam itu digantung di atas pintu di beberapa toko.
Aku penasaran dengan isi bungkusan-bungkusan itu.
Dari celah pada bungkusan berwarna coklat terlihat ada bunga. “Oo..
isinya bunga.” Tapi bungkusan yang lain, yang berbungkus koran dan selembar
kertas merah bertitik-titik hitam yang diikat dengan karet, isinya tidak
terlihat. Yang jelas, semua bungkusan itu berbau kemenyan. Bagian dalam tasku
pun turut berbau kemenyan.
Di rumah, aku membuka satu bungkusan coklat dan bungkusan
koran. Ternyata, bungkusan coklat memang berisi bunga. Bungkusan koran ternyata
berisi kemenyan.
Isi bungkusan coklat yang sudah terbuka kubuang dan
kertasnya kusimpan. Dua bungkusan yang lain aku simpan di dalam kantong yang tadi
kubeli dan kuletakkan di dalam lemari. Bukan sebagai jimat, melainkan sebagai
suvenir. Menurut salah satu sumber, bungkusan-bungkusan itu memang hanya merupakan kenang-kenangan dari pengelola makam, namun pengunjung mengeramatkannya.
Bunga dan kemenyan adalah ciptaan Tuhan, maka aku percaya
bahwa tidak ada hal jahat pada kedua benda itu. Namun karena digunakan dalam
ritual-ritual, kesan kedua benda itu menjadi negatif. Berdasarkan ajaran yang kuanut, aku tidak percaya bahwa
setan mendiami benda-benda, karena itu aku menyimpan suvenir itu.
Demikian cerita tentang perjalananku ke Gunung Kawi. Semoga bermanfaat bagi Anda.
Anda bisa membaca uraian yang lebih lengkap mengenai Wisata Ritual Gunung Kawi di sumber-sumber lain, salah satunya dalam blog Laurentia Dewi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar