Aku pertama kali pergi ke sana pada malam hari tanggal 1
Januari 2015 bersama Bapak, sepupu beserta istrinya, dan seorang tetangga. Saat
itu, suasana ramai, banyak sekali orang yang berkunjung. Aku melihat ada banyak
orang yang berdoa di depan dan di dalam area makam. Aku sendiri hanya berdiri
di depan dan berusaha melihat apa yang ada di dalam. Sekilas terlihat suasana
Jawa yang begitu kental di dalam, dengan para petugas yang memakai pakaian adat
Jawa berjaga di samping pintu. Sebenarnya aku ingin masuk, tapi malu pada Bapak
dan saudara-saudaraku yang tidak mau masuk (kalau dipikir-pikir, ngapain juga
aku malu..).
Setelah selesai melihat-lihat, kami berjalan keluar area
makam. Kami menemukan tempat Ciam Si. Di tempat ini banyak orang yang mencoba
meramal nasibnya, termasuk beberapa orang dari kami. Setelah itu, kami keluar,
membeli dideh goreng, lalu pulang. Di sepanjang jalan keluar ada banyak penjual
bunga, penginapan, toko-toko suvenir, depot dan rumah makan, dan peramal nasib.
Suasana sangat hidup, ramai seperti pasar.
Aku adalah seorang Kristen sehingga tentu aku tidak setuju
dengan praktek-praktek ritual di tempat itu. Namun tetap saja, aku terkesima
melihat semua itu. Aku berniat kembali pada suatu hari nanti.
Aku suka jalan-jalan, namun tidak dapat mengendarai
kendaraan bermotor. Oleh sebab itu, aku bergantung pada kendaraan umum. Aku
mencari info di internet tentang apakah kita bisa pergi ke Gunung Kawi dengan
kendaraan umum. Info yang kuperoleh mengatakan bahwa untuk pergi ke sana, kita
bisa naik bis menuju Kepanjen dari Terminal Arjosari lalu naik angkot menuju
Gunung Kawi. Itu terlihat sangat mudah. Ketika berada di sana sebelumnya, aku memang melihat sejumlah angkot berwarna biru muda diparkir di suatu tempat. OK, kalau begitu aku bisa pergi ke sana
sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar